BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Matematika
adalah salah satu pelajaran yang sulit dijabarkan hanya dengan tulisan,
penjelasan satu arah saja. Tetapi, matematika adalah pelajaran yang memerlukan
perhatuian khusus dalam penyampaiannya. Oleh karena itu, Guru sebagai tenaga
pendidik haruslah memastikan penyampaian itu tepat sasaran dan benar maknanya.
Jika
diabaikan maka siswa yang tidak mengerti akan hanya diam karena malu bertanya
bahkan akan semakin tidak tertarik untuk belajar matematika. Dalam memecahkan
masalah tersebut dibutuhkan interaksi atau hubungan yang baik antara guru
dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Masalah tersebutlah yang menjadi
latar belakang masalah ini.
I.2 Rumusan Masalah
1) Apakah
pengertian dari kegiatan Belajar Mengajar?
2) Apakah
Alasan Guru harus membangun hubungan antara siswa dalam mengajar matematika?
3) Apakah
manfaat dari hubungan yang terbangun antara guru dengan murid khususnya dalam
mengajar matematika?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini,
antara lain :
1) Untuk
memberi pengetahuan tentang alasan guru harus membangun hubungan antara siswa
dalam mengajar matematika
2) Untuk
memberi informasi manfaat dari membangun hubungan yang baik antara guru dengan
siswa khususny dalam belajar matematika
3) Untuk
menambah wawasan tentang apa yang perlu dilakukan guru dalam mebangun hubungan yang
baik antara guru dengan muridnya.
I.4 Metode
Metode
dalam makalah ini menggunakan metode studi kepustakaan atau literatur dengan
menggunakan beberapa buku. Selain menggunakan buku, penulis juga menggunakan
artikel dan data-data yang bersumber dari internet yang dapat
dipertanggungjawabkan kevaliditasannya yaitu berupa jurnal nasional maupun
internasional.
I.5 Sistematika Penulisan
Makalah
ini terdiri dari tiga bab, yaitu Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi, latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, metode dan sistematika penulisan
Bab kedua merupakan isi dan
pembahasan, yang menguraikan setiap teori tentang belajar mengajar dan
pembahasan masalah yang berasal dari latar belakang masalah.
Bab
ketiga merupakan penutup. Pada bagian ini akan menyampaikan kesimpulan dari
setiap data yang diperoleh dan memberikan saran maupun solusi.
Selain
itu, makalah ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran yang
berisikan jurnal-jurnal yang mendukung penulisan makalah ini.
BAB II
ISI DAN
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian belajar dan Kegiatan
Belajar Mengajar
Di kalangan ahli psikologi terdapat
keragaman dalam caara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar. Namun,
secara ekspilisit maupun implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya,
bahwa definisi manapaun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu
proses prubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu. (Hilgrad,1984:4 ; Whiterington, 1952:163 ; Sartain, 1958:299 ;
Grow and Crow, 1956:225 ; Sniker, 1928:199 ; Lidgren, 1960:94 ; Morgan,
1961:187 ; Di Vesta and Tompson, 1970:111 ; Gege and Berliner, 1975:86 ; and
Lefrancois, 1975:356)
Adapun
proses belajar mengajar itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu rangkaian
interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Dari definisi
tersebut bahwa terjadinya perilaku belajar pada murid dan mengajar pada guru
tidak terjadi satu arah melainkan dua arah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
interaksi atau hubungan yang memiliki peran bagi kedua belah pihak untuk
berbuat secara aktif.
Tujuan interaksi merupakan
tercapainya suatu perubahan terhadap murid setelah menjalani proses belajar
mengajar pada perilaku dan pribadinya seperti yang diharapkan gurunya atau
sebaliknya terjadi perubahan perilaku
dan pribadi murid setelah diajarkan oleh gurunya.’
II.2 Alasan Guru harus membangun
hubungan yang baik dengan murid
Dhita Septika Anandadari (2013:212).
“Matematika adalah salah satu pelajaran yang diwajibkan bagi siswa tingkat
sekolah dasar sampai sekolah menengah. Tujuan pembelajaran matematika adalah
untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi perubahan di kehidupan dan dunia
yang terus berkembang, melalulu latihan bertindak aras dasar pemikiran secara
logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif (Puskur, dalam
Usdiyana, D., Purniati, T., Yulianti, K., & Harningsih, E., 2009). “
Dalam pencapaian tujuan matematika
diatas pada proses belajar mengajar membutuhkan interaksi seperti yang telah
diuraikan diatas. Namun, pada kenyataannya kita menemui banyak karakter dan
daya tangkap anak akan pengetahuan khususnya matematika. Dengan kata lain, kita
tidak boleh hanya membangun interaksi ataupun hubungan terhadap anak yang
menurut kita mampu tetapi juga harus membangun hubungan yang baik dengan murid
yang lainnya. Hal inilah yang menjadi alasan dasar pentingnya guru membangun
hubungan dengan muridnya. Agar guru dapat mengetahui perkembangan belajar
muridnya dan mampu mengembangkannya. Sehingga, tercapailah tujuan kegiatan
belajar mengajar tersebut.
Metheny,
J., dkk (2008) (Dhita Septika Anandari, 2013:213) menyatakan bahwa “guru
menjadi sumber dukungan yang potensial bagi siswa karena mereka menghabiskan
sebagian waktu mereka di sekolah.”. Sehingga kita sebagai guru yang lebih lama
bersama murid dibanding orangtua murid di rumah sudah selayaknya guru membangun
hubungan yang baik dengan murid.
Selain
untuk mencapai tujuan belajar, interaksi ataupun hubungan yang baik dalam
belajar matematika antara guru dengan murid harus dilakukan guna untuk
menentukan apakah belajar di kelas merupakan suatu kebahagiaan atau
penderitaan. Mengingat matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
penjabarannya butuh waktu lama untuk dipahami khususnya murid.
Terakhir,
alasan harus membangun hubungan yang baik antara guru dengan murid yaitu sesuai
dengan kutipan dari Maria Poulou (2015:102) menyatakan “Students demonstrate
emotional and behavioural difficulties when teacher-student relationships are
characterized by teachers’ dissatisfied behaviour, and when they lack
appropriate social skills or in other words exhibit inappropriate assertiveness.
Students’ possession of social skills appeared to have a prominent role in the
manifestation of emotional and behavioural difficulties, while
teacher-students’ relationships have also an indirect effect to students’
behaviour, through the association with students’ social and emotional skills.
Present study, in agreement with much past research, replicated the advantages
of positive teacher-student relationships in preventing discipline problems
(Fraser & Walberg, 2005).”
Teori
itu secara garis besar mengatakan bahwa akan terjadi gangguan emosional dan
tingkah laku pada siswa, jika hubungan antara guru dengan murid buruk. Hal ini
di sebabkan oleh setiap tingkah buruk dalam hubungan antara guru dan murid
secara tidak langsung memberi dampak pada murid itu sendiri. Tentu saja ini
harus dihindari oleh guru. Karena tugas guru untuk mendidik karakter baik bukan
membentuk karakter yang emosional dan tingkahlakunya saja sudah terganggu oleh
hubungan antar guru dengan murid itu sendiri.
II.3 Cara Membangun Hubungan yang
Baik antara Guru dengan Murid dalam Mengajar Matematika
Adapun, sepuluh sikap yang baik dan
disenangi anak didik untuk membangun hubungan yang baik dengan murid dalam
mengajar matematika, antara lain :
è Suka
menolong pekerjaan sekolah dan menerangkan pelajaran dengan jelas dan mendalam
serta memberi contoh-contoh yang baik dalam mengajar.
è Periang,
gembira dan memiliki rasa humor
è Bersikap
bersahabat, merasa sebagai seorang anggota dalam kelompok kelas
è Menaruh
perhatian dan memahami anak didiknya
è Berusaha
agar pekerjaan menarik, dapat membangkitkan keinginan-keinginan bekerja sama
dengan murid.
è Tegas,
sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitan rasa hormat pada murid
è Tak
ada pilih kasih
è Tidak
suka mengomel, mencela dan sarkastis
è Murid
benar-benar merasakan bahwa ia mendapatkan sesuatu dari guru
è Mempunyai
pribadi yang dapat diambil contoh.
Ketika guru
menerapkan ini dalam mengajar murid khususnya dalam mengajar matematiks. Maka
guru telah membangun interaksi atau hubungan yang baik dengan muridnya. Ketika
guru membangun hubungan tersebut maka terciptalah rasa saling menghormati,
saling mendukung dan saling meyakinkan
antara guru dengan siswa.
II. 4 Manfaat Membangun Hubungan
yang Baik antara Guru dengan Murid
Metheny, J., dkk, (2008) (Dhita Septika Anandadari, 2013:213-214).
menyatakan bahwa “dukungan sosial guru memiliki hubungan dengan beberapa hasil
penting, diantaranya pencapaian akademik, motivasi akademik, upaya akademik dan
mengejar tujuan lain.”
Pendapat Metheney sejalan dengan pendapat dari
Sarafino, (1994) (Dhita Septika Anandadari, 2013:211) yang menyatakan
bahwa, “Dukungan sosial mengarah pada
kenyamanan, perhatian, penghargaan atau
bantuan yang diterima seseorang dari orang lain atau kelompok tertentu.”
Sedangkan Kaplan, A., dkk (2007) (Dhita Septika
Anandadari, 2013:214) menyatakan bahwa persepsi atas lingkungan sosial, seperti
dukungan dari guru dan teman, adanya rasa saling menghormati dan meningkatnya
interaksi yang berhubungan dengan tugas, mempengaruhi keterikatan siswa
denganmeningkatkan dua jenis keterlibatan siswa di kelas, yaitu adanya
penggunaan self-regulation dan interaksi yang berhubungan dengan tugas itu
sendiri. Hal tersebut diartikan bahwa hubungan tersebut ditengahi oleh
keyakinan atas motivasi pribadi siswa (ditandai dengan peningkatan kompetensi),
keyakinan akan kemampuan mereka untuk berhasil dalam hal matematika (efficacy
akademik), dan kepercayaan bahwa mereka bisa memiliki hubungan yang efektif
dengan siswa lain di kelas (efficacy sosial).”
Seperti yang telah dituliskan oleh para ahli, kita
dapat mengetahui bahwa ketika murid telah mendapatkan dukungan yang baik dari
guru akibat terbangunnya hubungan yang baik antara guru dengan murid khususnya
dalam belajar matematika. Murid
cenderung tidak merasa takut salah ataupun malu jika tidak tahu atau salah.
Sehingga, rasa cemas murid pun berkurang dalam belajar matematika (meningkatnya
kepercayaan diri dalam belajar matematika) dan menurunkan resiko mendapat nilai
yang rendah dalam belajar matematika. Selain itu, murid memperoleh peningkatan
motivasi belajar. Karena murid telah menyukai sifat guru akibat hubungan yang
baik antara guru dengan murid yang ingin terus belajar dengan guru tersebut.
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Matematika sebagai mata pelajaran
umum yang di pelajari bagi setiap tingkat pendidikan haruslah membuat guru
menyadari pentingnya siswa mampu mengerti dan mengurangi resiko kegagalan atau
nilai yang buruk. Peningkatan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas tidaklah
cukup jika guru itu tidak disenangi atau tidak memiliki hubungan baik antara
guru dengan muridnya. Hal ini dapat diwujudkan dengan membangun hubungan yang baik
antara guru dengan murid.
Adapun
alasan mengapa mengajar matematika perlu membangun hubungan yang baik antara
gur dengan murid yaitu pertama sgar guru dapat mengetahui perkembangan belajar
muridnya dan mampu mengembangkannya. Sehingga, tercapailah tujuan kegiatan
belajar mengajar tersebut.
Kedua,
guna untuk menentukan apakah belajar di kelas merupakan suatu kebahagiaan atau
penderitaan. Dan ketiga, supaya jangan terjadi gangguan emosional dan tingkah
laku pada siswa, karena hubungan antara guru dengan murid buruk.
Dengan adanya hubungan yangbaik
anatara guru dengan murid, Matematika yang diangggap sebagai pelajaran sulit
untuk dimengerti mampu memberikan motivasi murid dalam memperlajarinya jika hubungan yang baik antara guru dan murid tersebut
dapat terbangun. Selain itu, dalam akademik pun ia akan meningkat karena rasa
percaya diri yang dimiliki oleh murid memberikan rasa nyaman sedangkan rasa
cemas yang dirasakan oleh murid akan menurun. Rasa nyaman yang di sebabkan oleh
hubungan yang baik antara guru dengan murid ini mampu meningkatkan kualitas
hasil belajar matematika murid.
III.3
Saran
Sebagai guru selain menjadi sososk
yang ramah dan digemari oleh murid, juga harus menjadi sosok yang dihormati
murid. Untuk itu, sikap tegas juga harus dipperlukan dalam hubungan antara guru
dengan murid. Sehingga hubungan yang baik antara guru dengan murid berlandaskan
rasa hormat yang hal itu sendiri berasal dari ajaran guru pada saat
berinteraksi dengan murid.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar.
Jakarta : PT. Asdi
Mahasatya
Makmun,
Abin Syamsuddin. 2009. Psikologi
Kependidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Poulou,
Maria. 2015. Teacher-student
relationships, Social and
Emotional Skill
and Emotional Behavioural Difficulties.
University of Patras
Anandari,
Dhita Septika. 2013. Hubungan Persepsi
Siswa atas
Dukungan Sosial
guru dengan Self-Efficacy Perlajaran
Matematika pada
Siswa SMAN 14 Surabaya. Universitas
Airlangga Surabya.