Seekor burung kecil bertanya
kepada kelompok burung, “mengapa terkadang burung suka berddebat kusir?”
Sembari agak bingung sang kepala
kelompok menjawab, “ karena burung kadang juga butuh variasi. Kadang mereka
butuh hiburan. Juga mereka buthut untuk mengungkapkan semua emosinya. Tapi,
memang terkadang itu tidak pada tempatnya.”
Burung kecil itu masih belum
puas, dia lalu bertanya, “ Lalu kenapa mereka sampai bisa melewati batas?”
Sang kepala kelompok burung mulai
kebingungan. “Kenapa, ya ... Mungkin mereka tidak cukup berhati-hati dalam
menjaga ucapan atau tulisan mereka. Mereka sekadar mengikuti emosi mereka
belaka. Padahal, emosi juga bisa membuat seekor burung membunuh teman sesama
burung. Karena itu, adik kecilku, kau perlu mengendalikan diri.”
Burung kecil itu masih bertanya, “Kenapa
ada juga burung yang seenaknya saja menilai burung yang lain, bahkan terkadang
menjelek-jelek burung itu?”
Dia berpikir sejenak, “Waduh, itu
pertanyaan kelas berat!”. Lalu dia menjawab, “ intinya sama dengan yang tadai.
Burun itu kurang bisa mengendalikan dirinya. Mungkin dia menganggap apa yang
dia lakukan adalah sebuah proses pendewasaan yang di fasilitasi dengan
keterbukaan yang memang dikehendaki oleh nuansa demokrasi, tetapi ketika itu
dilakukan tidak dengan cara yang tepat, bisa menimbulkan sakit hati, merusak
hubungan antarburung.”
Burung kecil itu bertanya lagi, “Kalau
begitu apa yang dilakukan burung itu salah?”
Sang kepala menjawab, “Kalau itu
kemudian menimbulkan konflik besar, maka jelas itu adalah sebuah kesalahan. Tapi,
dalam kehidupan ini akan banyak riak-riak sperti itu. Karena satu burung tidak
sepenuhnya mengerti seperti apa burung lain itu. Karena itu, terkadang
interaksi antarburung bisa hanya menjadi hal yang luarbiasa hebatnya ketika
menghasilkan sinergi antarburung. Tapi adikku, tidaak baik engkau menilai salah
atau tidak. Hanya Tuhan yang paling tahu, mana yang benar dan mana yang salah. Tugas
kita hanyalah menjalankan apa yang benar menurut hati nurani kita dengan
memperhatikan masukan dari burung yang lain, serta kemudian berusaha memberi
saran pada burung lain yang kita anggap berbuat melenceng. Tapi itu bukan
erarti dia salah. Bisa jadi itu adalah pelajaran dari Tuhan agar burung itu
lebih dewasa dalam menghadapi kehidupan ini.”
Si kecil berkata, “Oh begitu kak.”
Dia melanjutkan, “Ya, memang
begitulah kehidupan ini. Semoga kau bisa selamat dalam mengarungi kehidupan ini
karena banyak sekali burung yang tersesat ketika mencari jalan migrasi mereka,
padahal seharusnya mereka bertanya pada hati nurani mereka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar