Senin, 19 Oktober 2015

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia




A.   Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting. Kedudukan ini terdiri 2 macam yaitu;
1.      Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional
Kedudukan bahasa ini sesuai dengan ikrar sumpah pemuda tahun 1928 yang berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” dari pernyataan ini bahasa Indonesia berkedudukan diatas bahasa-bahasa daerah

2.      Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
Kedudukan bahasa Indonesia ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV pasal 36 yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia

B.   Fungsi Bahasa Indonesia
Ø  Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1)      Lambang kebanggaan bangsa, dimana bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar inilah bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan serta rasa kebanggan pemakaiannya senantiasa kita bina.
2)      lambang identitas nasional,  dimana bahasa Indonesia harus kita junjung. Didalam pelaksanaan fungsi ini kita harus memiliki identitasnya sendiri dimana  hanya dapat dimiliki apabila masyarakatnya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.
3)      alat perhubungan antarwarga, antardaerah dan antarbudaya. Fungsi ini dimaksudkan untuk dapat berkomunikasi satu sama lain sehingga kesalah pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang tidak perlu dikhawatirkan lagi.
4)      alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dan latar belakang sosial dan budaya masing-masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia yang bulat.

Ø  Didalam kedudukannya sebagai bahasa negara bahasa Indonesia berfungsi sebaga;
1)      Bahasa resmi kenegaraan. Dalam hal ini, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik lisan maupun tulisan.
2)      Bahasa pengantar didalam dunia pendidikan. Dimana bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3)      Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
4)      Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Didalam konteks ini bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri yang membedakan dari kebudayaanb daerah
Ø  Bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai bahasa media massa. Dimana, media massa menjadi tumpuan kita dalam menyebar luaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Ø  Bahasa Indonesia juga dapat berfungsi sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia yang merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia Internasional.

Sumber       : Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo

Minggu, 18 Oktober 2015

"Pentingnya Membangun Hubungan yang Baik antara Guru dengan Murid Pada Kegiatan Belajar Mengajar Matematika"



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah
Matematika adalah salah satu pelajaran yang sulit dijabarkan hanya dengan tulisan, penjelasan satu arah saja. Tetapi, matematika adalah pelajaran yang memerlukan perhatuian khusus dalam penyampaiannya. Oleh karena itu, Guru sebagai tenaga pendidik haruslah memastikan penyampaian itu tepat sasaran dan benar maknanya.
Jika diabaikan maka siswa yang tidak mengerti akan hanya diam karena malu bertanya bahkan akan semakin tidak tertarik untuk belajar matematika. Dalam memecahkan masalah tersebut dibutuhkan interaksi atau hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Masalah tersebutlah yang menjadi latar belakang masalah ini.
I.2 Rumusan Masalah
1)      Apakah pengertian dari kegiatan Belajar Mengajar?
2)      Apakah Alasan Guru harus membangun hubungan antara siswa dalam mengajar matematika?
3)      Apakah manfaat dari hubungan yang terbangun antara guru dengan murid khususnya dalam mengajar matematika?
I.3 Tujuan
            Adapun tujuan dari makalah ini, antara lain :
1)      Untuk memberi pengetahuan tentang alasan guru harus membangun hubungan antara siswa dalam mengajar matematika
2)      Untuk memberi informasi manfaat dari membangun hubungan yang baik antara guru dengan siswa khususny dalam belajar matematika
3)      Untuk menambah wawasan tentang apa yang perlu dilakukan guru dalam mebangun hubungan yang baik antara guru dengan muridnya.
I.4 Metode
Metode dalam makalah ini menggunakan metode studi kepustakaan atau literatur dengan menggunakan beberapa buku. Selain menggunakan buku, penulis juga menggunakan artikel dan data-data yang bersumber dari internet yang dapat dipertanggungjawabkan kevaliditasannya yaitu berupa jurnal nasional maupun internasional.
I.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu Bab pertama merupakan  pendahuluan yang meliputi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode dan sistematika penulisan
            Bab kedua merupakan isi dan pembahasan, yang menguraikan setiap teori tentang belajar mengajar dan pembahasan masalah yang berasal dari latar belakang masalah.
Bab ketiga merupakan penutup. Pada bagian ini akan menyampaikan kesimpulan dari setiap data yang diperoleh dan memberikan saran maupun solusi.
Selain itu, makalah ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran yang berisikan jurnal-jurnal yang mendukung penulisan makalah ini.


BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

II.1 Pengertian belajar dan Kegiatan Belajar Mengajar
            Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam caara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar. Namun, secara ekspilisit maupun implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, bahwa definisi manapaun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses prubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. (Hilgrad,1984:4 ;  Whiterington, 1952:163 ; Sartain, 1958:299 ; Grow and Crow, 1956:225 ; Sniker, 1928:199 ; Lidgren, 1960:94 ; Morgan, 1961:187 ; Di Vesta and Tompson, 1970:111 ; Gege and Berliner, 1975:86 ; and Lefrancois, 1975:356)
Adapun proses belajar mengajar itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Dari definisi tersebut bahwa terjadinya perilaku belajar pada murid dan mengajar pada guru tidak terjadi satu arah melainkan dua arah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu interaksi atau hubungan yang memiliki peran bagi kedua belah pihak untuk berbuat secara aktif.
            Tujuan interaksi merupakan tercapainya suatu perubahan terhadap murid setelah menjalani proses belajar mengajar pada perilaku dan pribadinya seperti yang diharapkan gurunya atau sebaliknya terjadi  perubahan perilaku dan pribadi murid setelah diajarkan oleh gurunya.’



II.2 Alasan Guru harus membangun hubungan yang baik dengan murid
            Dhita Septika Anandadari (2013:212). “Matematika adalah salah satu pelajaran yang diwajibkan bagi siswa tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah. Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi perubahan di kehidupan dan dunia yang terus berkembang, melalulu latihan bertindak aras dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif (Puskur, dalam Usdiyana, D., Purniati, T., Yulianti, K., & Harningsih, E., 2009). “

            Dalam pencapaian tujuan matematika diatas pada proses belajar mengajar membutuhkan interaksi seperti yang telah diuraikan diatas. Namun, pada kenyataannya kita menemui banyak karakter dan daya tangkap anak akan pengetahuan khususnya matematika. Dengan kata lain, kita tidak boleh hanya membangun interaksi ataupun hubungan terhadap anak yang menurut kita mampu tetapi juga harus membangun hubungan yang baik dengan murid yang lainnya. Hal inilah yang menjadi alasan dasar pentingnya guru membangun hubungan dengan muridnya. Agar guru dapat mengetahui perkembangan belajar muridnya dan mampu mengembangkannya. Sehingga, tercapailah tujuan kegiatan belajar mengajar tersebut.
Metheny, J., dkk (2008) (Dhita Septika Anandari, 2013:213) menyatakan bahwa “guru menjadi sumber dukungan yang potensial bagi siswa karena mereka menghabiskan sebagian waktu mereka di sekolah.”. Sehingga kita sebagai guru yang lebih lama bersama murid dibanding orangtua murid di rumah sudah selayaknya guru membangun hubungan yang baik dengan murid.
Selain untuk mencapai tujuan belajar, interaksi ataupun hubungan yang baik dalam belajar matematika antara guru dengan murid harus dilakukan guna untuk menentukan apakah belajar di kelas merupakan suatu kebahagiaan atau penderitaan. Mengingat matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penjabarannya butuh waktu lama untuk dipahami khususnya murid.
Terakhir, alasan harus membangun hubungan yang baik antara guru dengan murid yaitu sesuai dengan kutipan dari Maria Poulou (2015:102) menyatakan “Students demonstrate emotional and behavioural difficulties when teacher-student relationships are characterized by teachers’ dissatisfied behaviour, and when they lack appropriate social skills or in other words exhibit inappropriate assertiveness. Students’ possession of social skills appeared to have a prominent role in the manifestation of emotional and behavioural difficulties, while teacher-students’ relationships have also an indirect effect to students’ behaviour, through the association with students’ social and emotional skills. Present study, in agreement with much past research, replicated the advantages of positive teacher-student relationships in preventing discipline problems (Fraser & Walberg, 2005).”
Teori itu secara garis besar mengatakan bahwa akan terjadi gangguan emosional dan tingkah laku pada siswa, jika hubungan antara guru dengan murid buruk. Hal ini di sebabkan oleh setiap tingkah buruk dalam hubungan antara guru dan murid secara tidak langsung memberi dampak pada murid itu sendiri. Tentu saja ini harus dihindari oleh guru. Karena tugas guru untuk mendidik karakter baik bukan membentuk karakter yang emosional dan tingkahlakunya saja sudah terganggu oleh hubungan antar guru dengan murid itu sendiri.

II.3 Cara Membangun Hubungan yang Baik antara Guru dengan Murid dalam Mengajar Matematika
            Adapun, sepuluh sikap yang baik dan disenangi anak didik untuk membangun hubungan yang baik dengan murid dalam mengajar matematika, antara lain :
è Suka menolong pekerjaan sekolah dan menerangkan pelajaran dengan jelas dan mendalam serta memberi contoh-contoh yang baik dalam mengajar.
è Periang, gembira dan memiliki rasa humor
 
è Bersikap bersahabat, merasa sebagai seorang anggota dalam kelompok kelas
è Menaruh perhatian dan memahami anak didiknya
è Berusaha agar pekerjaan menarik, dapat membangkitkan keinginan-keinginan bekerja sama dengan murid.
è Tegas, sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitan rasa hormat pada murid
è Tak ada pilih kasih
è Tidak suka mengomel, mencela dan sarkastis
è Murid benar-benar merasakan bahwa ia mendapatkan sesuatu dari guru
è Mempunyai pribadi yang dapat diambil contoh.

Ketika guru menerapkan ini dalam mengajar murid khususnya dalam mengajar matematiks. Maka guru telah membangun interaksi atau hubungan yang baik dengan muridnya. Ketika guru membangun hubungan tersebut maka terciptalah rasa saling menghormati, saling mendukung dan saling meyakinkan  antara guru dengan siswa.

II. 4 Manfaat Membangun Hubungan yang Baik antara Guru dengan Murid
Metheny, J., dkk, (2008) (Dhita Septika Anandadari, 2013:213-214). menyatakan bahwa “dukungan sosial guru memiliki hubungan dengan beberapa hasil penting, diantaranya pencapaian akademik, motivasi akademik, upaya akademik dan mengejar tujuan lain.” 
Pendapat Metheney sejalan dengan pendapat dari Sarafino, (1994) (Dhita Septika Anandadari, 2013:211) yang menyatakan bahwa,  “Dukungan sosial mengarah pada kenyamanan, perhatian, penghargaan atau  bantuan yang diterima seseorang dari orang lain atau kelompok tertentu.”

Sedangkan Kaplan, A., dkk (2007) (Dhita Septika Anandadari, 2013:214) menyatakan bahwa persepsi atas lingkungan sosial, seperti dukungan dari guru dan teman, adanya rasa saling menghormati dan meningkatnya interaksi yang berhubungan dengan tugas, mempengaruhi keterikatan siswa denganmeningkatkan dua jenis keterlibatan siswa di kelas, yaitu adanya penggunaan self-regulation dan interaksi yang berhubungan dengan tugas itu sendiri. Hal tersebut diartikan bahwa hubungan tersebut ditengahi oleh keyakinan atas motivasi pribadi siswa (ditandai dengan peningkatan kompetensi), keyakinan akan kemampuan mereka untuk berhasil dalam hal matematika (efficacy akademik), dan kepercayaan bahwa mereka bisa memiliki hubungan yang efektif dengan siswa lain di kelas (efficacy sosial).”

Seperti yang telah dituliskan oleh para ahli, kita dapat mengetahui bahwa ketika murid telah mendapatkan dukungan yang baik dari guru akibat terbangunnya hubungan yang baik antara guru dengan murid khususnya dalam belajar matematika.  Murid cenderung tidak merasa takut salah ataupun malu jika tidak tahu atau salah. Sehingga, rasa cemas murid pun berkurang dalam belajar matematika (meningkatnya kepercayaan diri dalam belajar matematika) dan menurunkan resiko mendapat nilai yang rendah dalam belajar matematika. Selain itu, murid memperoleh peningkatan motivasi belajar. Karena murid telah menyukai sifat guru akibat hubungan yang baik antara guru dengan murid yang ingin terus belajar dengan guru tersebut.



BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
            Matematika sebagai mata pelajaran umum yang di pelajari bagi setiap tingkat pendidikan haruslah membuat guru menyadari pentingnya siswa mampu mengerti dan mengurangi resiko kegagalan atau nilai yang buruk. Peningkatan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas tidaklah cukup jika guru itu tidak disenangi atau tidak memiliki hubungan baik antara guru dengan muridnya. Hal ini dapat diwujudkan dengan membangun hubungan yang baik antara guru dengan murid.
Adapun alasan mengapa mengajar matematika perlu membangun hubungan yang baik antara gur dengan murid yaitu pertama sgar guru dapat mengetahui perkembangan belajar muridnya dan mampu mengembangkannya. Sehingga, tercapailah tujuan kegiatan belajar mengajar tersebut.
Kedua, guna untuk menentukan apakah belajar di kelas merupakan suatu kebahagiaan atau penderitaan. Dan ketiga, supaya jangan terjadi gangguan emosional dan tingkah laku pada siswa, karena hubungan antara guru dengan murid buruk.
            Dengan adanya hubungan yangbaik anatara guru dengan murid, Matematika yang diangggap sebagai pelajaran sulit untuk dimengerti mampu memberikan motivasi murid dalam memperlajarinya jika  hubungan yang baik antara guru dan murid tersebut dapat terbangun. Selain itu, dalam akademik pun ia akan meningkat karena rasa percaya diri yang dimiliki oleh murid memberikan rasa nyaman sedangkan rasa cemas yang dirasakan oleh murid akan menurun. Rasa nyaman yang di sebabkan oleh hubungan yang baik antara guru dengan murid ini mampu meningkatkan kualitas hasil belajar matematika murid.
III.3 Saran
            Sebagai guru selain menjadi sososk yang ramah dan digemari oleh murid, juga harus menjadi sosok yang dihormati murid. Untuk itu, sikap tegas juga harus dipperlukan dalam hubungan antara guru dengan murid. Sehingga hubungan yang baik antara guru dengan murid berlandaskan rasa hormat yang hal itu sendiri berasal dari ajaran guru pada saat berinteraksi dengan murid.


DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Asdi
Mahasatya

Makmun, Abin Syamsuddin. 2009. Psikologi Kependidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya

Poulou, Maria. 2015. Teacher-student relationships, Social and
Emotional Skill and Emotional Behavioural Difficulties.
University of Patras

Anandari, Dhita Septika. 2013. Hubungan Persepsi Siswa atas
Dukungan Sosial guru dengan Self-Efficacy Perlajaran
Matematika pada Siswa SMAN 14 Surabaya. Universitas
Airlangga Surabya.